31 March, 2009

"Investasi" vs "Spekulasi"


Uang bukanlah segalanya, tetapi dengan uang kita bisa berbuat "sedikit" lebih banyak. Mimpi seorang Bill Gates telah menjadi nyata, (1) Dia telah menjadi orang terkaya no.1 di dunia, meski tahun 2008 lalu sempat melorot ke urutan 3 (2) Mimpinya untuk menyambungkan seluruh penduduk dunia melalui sebuah "kotak kecil" dimanapun tempatnya, asal tidak di Pulau Paskah saja. Seiring dengan meluncurnya "Dreams of Gates" ini pula saat ini perputaran uang dunia menjadi semakin cepat dan skalanya besar sekali, makanya ketika terjadi gejolak sedikit saja efek karambolnya bisa dirasakan juga oleh para petani sawah tadah hujan di desa kelahiran saya.

Uang saat ini bukan saja sebagai alat tukar barang atau jasa saja, tetapi juga merupakan komoditas yang diperdagangkan. Dagang uang...? Yah, inilah tanda zaman revolusi industri sudah tergantikan oleh terbitnya zaman informasi. Tidak percaya? Cobalah sekali waktu masuk detikfinance, bagaimana ributnya Bank Indonesia menggelontorkan cadangan devisa negara kita ini demi menjaga stabilnya nilai tukar Rupiah, tapi apa daya nilai devisa berapapun yang digelontorkan ke pasar seprti "menggarami" air laut saja, karena nilai uang yang berputar di pasar dunia jauh lebih besar (tahun 2006 saja nilai yang berputar di pasar forex dunia dalam satu hari mencapai 2 triliun USD). Hal ini menjadikan nilai uang sedemikian liquid dalam berfluktuasi per detik dan hebatnya menjadi peluang investasi trend masa kini, bisa jadi dalam kurun waktu jangka panjang ke depan.

Ada beberapa kelompok tipe individu terkait dengan sikapnya terhadap uang menurut saya :
1. Pekerja keras; ini sifat paling dasar manusia dan dijamin 100% kebenarannya. Ada kerja ada pemasukan, siapa lebih kuat dan pantang menyerah yang layak dapat lebih dibandingkan yang jatuh dan tak bangun lagi.
2. Safe player; golongan ini adalah pemegang teguh ilham "...hemat pangkal kaya...", apa yang telah didapat dengan jerih payah harus disimpan baik-baik untuk jaga-jaga dan kehidupan di hari tua.
3. Spekulan; dapatkan sebanyak dan secepat mungkin dengan cara apapun, entah usaha patungan dengan mimpi profit cepat, ikut-ikutan main saham tanpa tahu profil saham yang dibeli dan tingkat toleransi resikonya masuk dalam golongan ini.
4. Investor; beda tipis dengan tipe no.3, perbedaannya terletak pada manajemen psikologisnya dalam merencanakan dan mentoleransi resiko tiap instrumen investasi yang diambil sesuai karakter pribadinya.

Bekerja dan sisanya kita simpan, kalau ada yang tersisa lho ya...itu yang selalu ditanamkan dalam benak saya dari kecil. Tapi setelah takrasa-rasa kok ya sudah gak tepat yah ajaran mulia itu kita pegang sebagai kamus kehidupan, wong sudah direlain semaksimal mungkin segenap potensi tetap segitu pemasukan yang kita bawa pulang, sendainya kita bisa potong di depan pun untuk tabungan, apa iya nilai tabungan itu akan bertahan tetap segitu 10 atau mungkin 30 tahun ke depan? Ini terlepas dari kepuasan spiritual dan aktualisasi diri lho ya...Nah, sekarang bagaimana dengan tipe ke-3 dan ke-4? Yah, nyambung mimpi Bill Gates diatas, pencarian pemasukan tidak terbatas hanya pada ranah konvensional saja, di dunia maya pun saat ini sudah mulai bisa cetak pemasukan. Pinjam istilahnya Srimulat "tunjep poin" saja, banyak instrument investasi saat ini, mulai dari yang paling aman sampai yang paling volatil dan tentunya berbanding lurus dengan high return-nya.

High return..? Yes, tak diragukan lagi, tetapi ingat kenali dulu siapa diri kita, seberapa kuat diri kita dalam mentoleransi resikonya. Intinya biar kita tidak terjebak dalam kelompok spekulan, belajar dan belajar, terus motivasi diri dan kenali karakter diri dan karakter tipe investasi kita. Perlakukan nilai uang yang kita keluarkan dalam investasi tersebut sebagai aset bukan sebagai barang iseng-iseng berhadiah, tidak beda halnya dalam kita terus mengembangkan diri, mengasah kemampuan logika dan skill dalam menunjang kesuksesan pekerjaan kita. Charge terus variasi pengetahuan kita dalam berinvestasi sekali lagi sesuai dengan karakter kita sendiri "JANGAN IKUT-IKUTAN!!!". Berlakulah seserius dan sesemangat seperti kita waktu masih fresh graduated dan menerima gaji bulan pertama kita dalam bekerja, perlakukanlah aset investasi kita sebaik mungkin untuk hasil profit yang terus maksimal. Pengorbanan dalam kita belajar investasi, baik itu materi maupun psikologis tidak akan kalah besar dengan usaha kita di kerja nyata, terus dan teruslah...kumpulkan aset kita sehingga dapat bekerja bagi kita yang bijaksana (bukan serakah).

Seperti kehidupan, nilai investasi juga ada naik turunnya, karena kita "bermain" dalam bagian kecil dari sistem global. Warren Buffet bilang nilai investasi itu bagaikan lengkungan pundak kiri kemudian kepala dan pundak kanan anda! Jadi naik atau turun harus kita antisipasi sebaik mungkin dan yakinlah pada pilihan kita, jangan terpengaruh pada keadaan umum di luar atau teman kita, toh yang kita investasikan adalah aset kita sendiri. Pegang terus keputusan investasi kita selayaknya kita memegang teguh prinsip hidup kita, jangan ikuti aturan margin, pegang, terus amati, pelajari, dengarkan kemauan pasar dan antisipasi margin-nya dengan sebaik mungkin.

Seorang "spekulan" merasa mengendalikan pasar dan berharap pasar menuruti tujuan investasinya dan ketika pasar tidak mendengar kemauannya dengan berat hati dia menarik kembali nilai investastinya dengan maksud memperkecil potensi kerugian (tapi juga tetap rugi namanya). Investor adalah pendengar yang baik dalam memprediksi kemauan pasar, dan seandainya pendengarannya kali ini salah dia sudah mengantisipasinya diawal dan potensi kerugian hanya sebatas tetap menjadi "potensi kerugian" jika tidak dieksekusi.

Semoga dapat mencerahkan diri sendiri dalam terus belajar dan belajar.....

No comments: