25 March, 2009

Analogi "personal branding" Coca Cola

Selasa kemarin saya baca sebuah artikel menarik di forum internet yang mengisahkan perjalanan 3 kaleng coca cola. Kaleng pertama di kirim ke sebuah supermarket lokal dan disitu dijual Rp 4.000,-, kemudian kaleng kedua diterima sebuah Hypermarket besar dan dimasukkan dalam lemari pendingin dan dijual dengan harga Rp 8.000,- sedangkan kaleng ketiga diminta sebuah hotel bintang lima. Uniknya kaleng terakhir ini tidak dipajang ataupun disimpan dalam lemari pendingin tetapi tetap dalam kartonnya, kaleng ini baru diambil dan disajikan bila ada customer hotel tersebut meminta dan hebatnya lagi disajikan dengan gelas kristal lengkap dengan butir-butir es batu kecil dan pelayanan pramusajinya serta dalam bill tercetak Rp 60.000,-.

Satu pertanyaan dilontarkan sang penulis, apa yang membedakan ketiga kaleng coca cola tersebut sehingga mempunyai harga demikian variatif padahal pabrik, truk pengirim dan rasanya juga sama?
"Lingkungan menentukan harga anda, lingkungan berbicara tentang relationship, maka ubahlah lingkungan dimulai dari diri anda sendiri."
Demikian nukilan kalimat penutup diskusinya dalam forum tersebut. Terusik cerebellum salah satu kawan saya, "trus mananya yang lebih penting? Coca colanya atau lingkungannya?" disinilah letak kekuatan sebuah "differential marketing", kekuatan sebuah brand dan "experienced marketing" yang mulai memanaskan kompetisi dalam mencapai profit maksimal.

Menurut resensi otak sederhana saya, keduanya sama penting dan menentukan, tetapi inti kekuatannya adalah kemampuan adaptasinya atau kalau pinjam istilahnya Iim Fahima "personal branding"-nya. Dan satu hal yang perlu kita ingat bahwa kita tidak bisa menuntut lingkungan untuk berubah sesuai kesesuaian kita, makanya yang saya tangkap dari makna sederhana dari tulisan akhir "......lingkungan.......dimulai dari diri anda sendiri." ya diri kita ini sendiri kuncinya.

Analogi guru biologi saya dulu begini :
Genotipe + Lingkungan = Fenotipe
Nah, genotipe2 yang mampu terus belajar dan "memperunik diri"-lah yang akan dilestarikan lingkungan menjadi fenotipe yang unggul. Contoh sederhana dari guru saya dulu adalah Jerapah. Jerapah itu dulunya berleher pendek semua, berhubung tuntutan zaman pohon yang pendek sudah tidak ada maka alam pun hanya memperbolehkan jerapah yang mampu "memperunik" lehernya menjadi panjang-lah yang boleh terus hidup mengisi pohon evolusi selanjutnya. Tanpa memperdebatkan pro kontra antara Harun Yahya dengan Charles Darwin dan Lamarck.

Kembali ke coca cola tadi, intinya kalau mau meninggikan profit maka "unik"-lah, entah itu unik dalam menguatkan brand-nya atau unik dalam mendiferensiasikan varian ataupun niche target brand-nya. Contoh lain pernah khan kita minum "Aqua mahal" yang dikemas berbeda? Botolnya dari beling/sejenis gelas pecah yang bentuknya elegant permukaan botolnya kasar dan kalau minum juga pakai gelas kristal, berapa harganya? Terserah yang jualan khan? 20 ribu boleh, 45 ribu tetap dibeli bahkan mungkin 6,5 USD juga sah-sah saja....(saya gaktahu harganya, masalahnya belum pernah bayar sendiri)

Kalo Mbak Iim pernah menulis, tentukan orientasi "brand" kita. Apakah sangat yakin dengan kekuatan "personal brand" kita sehingga pada lingkungan apapun kita ingin singgah value-nya yakin pasti tinggi atau kita lesakkan keunikan "brand" kita secara lebih personal, jadi kekuatannya justru pada keeksklusifan "brand" kita yang dirasakan tidak sama pada tiap lingkungan yang kita singgahi dan itu kita ciptakan sebuuuanyak mungkin untuk mendapat nilai value profit sebuuuanyak mungkin juga.

Semoga sedikit banyak mencerahkan. Tiada tindakan yang lebih mulia selain indahnya berbagi keceriaan, kemuliaan dan kebahagiaan sesama; sebaik, sebanyak, sebesar, sekuat, sedalam, setinggi dan se-.....mungkin.

No comments: