Kesal, gondok, sebel, marah, gak habis mengerti, apaaaa...lagi ini? Itulah rasa yang kadang dalam saat-saat tertentu kita alami. Memang ini suatu hal yang reaktif tapi manusiawi bukan...? Resapilah sendiri ketika keadaan sudah kendor, syaraf sudah tidak tegang, perut tidak dalam keadaan lapar, yakinlah bahwa rasa tidak terima sama perlakuan orang lain sedikit apapun juga pasti karena kontribusi kesalahan kita dan secara tidak langsung ataupun langsung demi kebaikan kita juga.
Curhat...itulah yang kita inginkan sesaat ketika sedang kesal, dengan harapan bisa mengurangi ketegangan syaraf kita dan juga berharap menstimulasi kesenangan hati yang mungkin akan muncul dari pihak eksternal (baca : lawan curhat). Tapi tidak semua orang bisa berlaku begini, mau menceritakan kekesalannya sama orang lain dan kesalahan atau "aib" nya diketahui orang lain, dan juga kadang malah bikin salah terima dari pihak ekstern tersebut jika terjadi kesalahan komunikasi di awalnya. Tapi gak bisa dibohongi dan ditutupi, setegar apapun profil orang tersebut "curhat" adalah kebutuhan batiniah yang tak terbantahkan jika terjepit hatinya.
Nah...apa solusi yang universal untuk keadaan ini? Cobalah untuk menulis...kawan!!! Curhatlah pada seseorang (sesuatu mungkin lebih tepatnya) yang bisa menerima keluh kesah kita, tanpa efek salah paham, tanpa resiko salah mengutarakan maksud cerita dan yang jelas tujuan kita untuk mengurangi beban di kepala kita tersalurkan. Sedikit atau banyak itu mah...relatif, toh namanya juga efek dari sisi reaktif perasaan manusiawi kita, esok pun juga akan hilang dengan sendirinya seiring dengan perjalanan waktu, masalahnya ini khan hanya bagaimana membuang cookies saja bukan membuang memory yang memerlukan reset secara keseluruhan. Emosi lebih dangkal dari luka hati...yang bisa tersimpan dalam bentuk dendam jika lawan kekesalan kita tak ada permintaan maaf atau yang lebih dalam lagi sesuai dengan kemauan hati kita.
Curhatlah...apapun bentuknya dalam konteks tulisan, atau mungkin yang lebih hebat lagi bisa bikin puisi curahan hati atau cerita-cerita pendek yang lucu. Gak ada maksud profit toh...bisa buat kita review ulang bagi evaluasi dan kesejukan hati kita di lain hari kelak. Syukur suatu saat nanti bisa menggali bakat terpendam seorang penulis humanis yang telah lama bertapa, bisa mencerahkan pemikiran banyak orang dan mengisi labirin evolusi peradaban manusia.
Masih pusing? Curhatkanlah...dalam hal yang lebih baik.
28 February, 2009
25 February, 2009
Ketekunan; Obat untuk Orang yang Inkonsisten
Ada pepatah lama bilang "Orang pintar masih kalah sama orang yang tekun." Sebenarnya seberapa jauh sih kekuatan dari ketekunan ini. Ketekunan terbentuk dari kata dasar "tekun" (baca : hajar terus, benar atau salah yang penting sekarang maju terus). Kondisi ini memang amat kita butuhkan jika kita sedang gundah, sedang bingung apakah yang kita lakukan ini benar yah..? Apa metode yang harus kita tempuh, seberapa akurat dan efisienkah hasilnya, yang akhirnya menimbang-nimbang terus tak jua melangkah, malah akhirnya beralih ke sesuatu tindakan pelarian yang jauh dari profitable. Apa ya nggak lebih baik, ambil tindakan sekarang, peduli amat sama pandangan orang "..itu khan sudah banyak yang melakukan.., susah itu, hasilnya dikit, gak efektif dan tetek bengek yang lainnya lagi." So...take action now dan tekunilah...!!!
Kita memang manusia yang cenderung cari enaknya, cenderung berleha-leha, sekarang dapat motivasi Pak Andrie Wongso (Yes, Luar Biasa, Bisa, Bisa, Bisa) tapi begitu keluar ruangan 1 jam kemudian menguaplah semua itu semangat bak kobar api "Mrapen Abadi" terendam luapan Waduk Kedungombo. Ibarat masuk telinga kiri sekejap kemudian keluarlah dari telinga kanan. Ketika sudah mencoba dalam proses menggapai tujuan pun masih banyak kendala dan godaannya, cenderung untuk berleha-leha kembali. Nah...disinilah gunanya sebuah ketekunan, hajar terus, soal hasilnya ntar lah, yang penting tempuh terus prosesnya. Proses evaluasi dapat kita lakukan dalam proses perjalanannya, sehingga menjadi tambahan khasanah pengalaman kita, semakin mematangkan diri demi tercapai cita-cita mulia kita dengan percepatan yang lebih mendekat.
Ayolah..coba terapkan satu kata "ketekunan" ini, pokoknya lakukan dan lakukan, tempuhlah prosesnya setelah cita-cita sudah ditetapkan dan gambaran keenakan dari keberhasilan pencapaiannya terus menerus kita jaga juga tetap menyala penuh dalam benak dan mengilhami langkah kita. Selain itu "ketekunan" ini juga dapat terus kita lakukan dengan membayangkan efek sakitnya jika cita-cita mulia kita itu tidak tercapai atau minimal semakin lama kita capai.
So...tekunlah dalam berusaha, tekunlah dalam memelihara kobar semangat kita, tekunlah dalam menyalakan preview mimpi kita dan terakhir tetaplah bersyukur dengan apa yang telah kita capai dalam setiap tahapan prosesnya.
Kita memang manusia yang cenderung cari enaknya, cenderung berleha-leha, sekarang dapat motivasi Pak Andrie Wongso (Yes, Luar Biasa, Bisa, Bisa, Bisa) tapi begitu keluar ruangan 1 jam kemudian menguaplah semua itu semangat bak kobar api "Mrapen Abadi" terendam luapan Waduk Kedungombo. Ibarat masuk telinga kiri sekejap kemudian keluarlah dari telinga kanan. Ketika sudah mencoba dalam proses menggapai tujuan pun masih banyak kendala dan godaannya, cenderung untuk berleha-leha kembali. Nah...disinilah gunanya sebuah ketekunan, hajar terus, soal hasilnya ntar lah, yang penting tempuh terus prosesnya. Proses evaluasi dapat kita lakukan dalam proses perjalanannya, sehingga menjadi tambahan khasanah pengalaman kita, semakin mematangkan diri demi tercapai cita-cita mulia kita dengan percepatan yang lebih mendekat.
Ayolah..coba terapkan satu kata "ketekunan" ini, pokoknya lakukan dan lakukan, tempuhlah prosesnya setelah cita-cita sudah ditetapkan dan gambaran keenakan dari keberhasilan pencapaiannya terus menerus kita jaga juga tetap menyala penuh dalam benak dan mengilhami langkah kita. Selain itu "ketekunan" ini juga dapat terus kita lakukan dengan membayangkan efek sakitnya jika cita-cita mulia kita itu tidak tercapai atau minimal semakin lama kita capai.
So...tekunlah dalam berusaha, tekunlah dalam memelihara kobar semangat kita, tekunlah dalam menyalakan preview mimpi kita dan terakhir tetaplah bersyukur dengan apa yang telah kita capai dalam setiap tahapan prosesnya.
Subscribe to:
Comments (Atom)