02 August, 2011

KRL Jabodetabek "nyicil" Benahi Diri

Senin...Selasa...Rabu....dst (ini cuplikan lagu semasa sekolah TK dulu).

Kenapa cuma sampai hari Rabu saja, ya...karena memang baru 3 hari lamanya saya merasakan dan mencoba menikmati kereta jabodetabek lagi (baca : KRL) atau istilah kerennya sekarang commuter line; lha nek tak artikan apo anane yo dadi garis pekerja pinggiran (yo...koyok aku iki) ha...ha...ora kuat Dab, tuku omah ning Jakarta.

Balik maning nang KRL....ono opo to jane?

Inilah moda transportasi yang beberapa minggu terakhir ini sering masuk media, baik televisi, koran maupun media online bo...(yang terakhir itulah yang sering dibaca oleh para pelanggan setia KRL lewat BB atau Smartphone-nya). Salah-salah tak koreksi bukan pelanggan tapi penumpang, wong mbayar kok diceluk penumpang, untung ora penggandul opo pengganjel lawang, opo maneh pemanjat atap, lho...iku kabeh mau yo podo mbayar lho...jadi lebih pas kali begini bunyinya "...para PELANGGAN kereta commuter line yang terhormat, kereta ini adalah kereta AC commuter line jurusan Ps. Minggu, Depok, Bogor yang saat ini berhenti di tiap-tiap stasiun dengan harga tiket yang berlaku 7.000 rupiah. Mohon para PELANGGAN yang terhormat memastikan tidak salah naik dan apabila tidak memungkinkan naik jangan memaksakan diri, karena para PELANGGAN yang terhormat dapat menunggu kereta berikutnya....terima kasih". Rak luwih maherel mbok dirasakke ning kuping lan ning ati, dan jelas lebih menghargai serta manusiawi.

Sorry, berhubung sing nulis lagi males jadi dilanjutin lagi beberapa minggu kemudian. Sebulan rasanya kurang lebih perjalanan commuter line , yo...nek dibilang nyaman babar blas nggak, tapi setidaknya adil-lah sekarang, sama rata sama rasa, semua stasiun berhenti, kalo sore jam pulang kerja itu yah...setidaknya tiap 10 menit ada kereta datang. Jadi gak kayak dulu lagi, KRL anu-anu masih di stasiun ini menunggu salip Pakuan terlebih dahulu, jadi sing sabar yo Pak/Bu, ha..ha...ha...

Tapi ngomong-ngomong, sekarang Tol Jagorawi yo wis penak lho...ora patiko muacet koyok zaman uedan 2 bulanan yang lalu pas lagi mulai pelebaran Cibubur. Sekarang sudah 4 jalur free bisa sikat kiri penyak kanan kalo ada yang lagi ngalamun di jalur paling kanan. Saya usul, jalur yang paling kanan itu ditulisi "Jalur ini tidak boleh digunakan untuk kendaraan dibawah kecepatan 80 km/jam" atau lebih pasnya "Dilarang menghalangi kendaraan lain di jalur paling kanan! (kalo anda mau sms-an pindah jalur paling kiri)" khan ada peringatan "Dilarang mendahului kendaraan dari jalur kiri toh?" Jadi mau naik KRL atau naik mobil lagi wis peunak lah sekarang ke Bogor. Tapi bertahan berapa lama kita hitung lagi nanti setelah tol depok tembus Jagorawi jadi, ha...ha...selamat mengeremet lagi bung.

Saya tetap setuju tulang punggung perpindahan manusia itu menggunakan angkutan umum, apalagi suatu saat atau masanya nanti, angkutan umum itu NYUAMAN, daya angkutnya buesar, lebih cepat, lebih diutamakan pemerintah, lebih menghargai pelanggannya bukan penumpangnya (yah...sing rada customer oriented lah, meskipun nggak punya saingan). They not passenger man, but customer OK?!!

Sementara ini dulu unek-unek saya lain kali tak clometan kembali, yah sekedar menyalurkan kekesalan dan pencermatan lingkungan. Tanpa bermaksud menyinggung siapapun, intinya adalah dalam keadaan sekepepet apapun budjetnya, tetaplah mengusahakan yang terbaik demi kebaikan bersama. Siapa tahu kalau KRL Jabodetabek nanti sudah BUANYAK & NYUAMAN, Transjakarta sudah terintegrasi dengan KRL, kemudian MRT sudah jadi, syukur-syukur ada Sinkansen di Indonesia maka Ibukota Jakarta tidak usah dipindah dan Jakarta tercinta ini bisa menjadi destinasi wisata dunia layaknya tetangga sebelah.

Gakusah jauh-jauh lah, Singapore aja bisa punya MRT dari Changi ke seluruh penjuru kota, mosok orang Jakarta yang mau ke Cengkareng harus rebutan omprengan di depan BNN Cawang...mau sampai kapan Pak/Bu, nunggu tambahan jalan tol baru lagi disusun 10 tingkat..???

No comments: