03 August, 2011

KOPAJA Menyusul me-Manusiawikan Diri


Selasa kemarin saya baca beberapa harian ibukota ada berita yang paling antik dan mencengangkan "Kopaja si angkutan kambing warna hijau putih itu sekarang ber-AC, meski baru 1 trayek Ragunan - Grogol". Alhamdullilah...saatnya Jakarta menata diri man, dalam berita itu disebutkan The New Kopaja ini lengkap ber-AC, sopirnya bergaji bulanan dan ada tunjangan kesehatan, jadi tidak perlu kejar setoran lagi sehingga harus ngepot kiri salto kanan bikin sport jantung pemakai jalan lainnya. Pintu juga akan selalu tertutup, desain warna mirip Transjakarta, tiket promosi yang berlaku tetap 2.000 sambil menunggu respons masyarakat kemudian nantinya akan diberlakukan tarif asli 5.000 satu kali perjalanan.

Nah...inilah yang saya tunggu dari segenap provider angkutan publik ibukota, gebrakannya yang revolusioner. Kalau pelan-pelan segenap provider mengikuti langkah Kopaja ini, kemudian dinas LLAJR atau tata ruang kota atau apalagi lah namanya, intinya koordinasi dengan pemerintah setempat mengenai pola trayeknya dengan cermat, saya yakin 5 tahun kedepan Jakarta ini akan sangat bagus pola perpindahan manusianya. Sederhana saja, ketika angkutannya sudah mulai berbenah diri untuk menyamankan pelanggannya (syukur-syukur ada program discount gitu,layaknya kompetisi merebut simpati pelangannya), kemudian diatur oleh Pak Gubernur agar masing-masing trayek angkutan pendek dan kecil ini sedapat mungkin tidak bersinggungan dengan trayek angkutan yang lebih besar seperti Transjakarta dan KRL atupun MRT nantinya, orang berduit yang sudah capek bermacet ria dan beli Pertamax Plus, wis to...pindah-pindah.

Contoh kecilnya nih; kalau jalur MT.Haryono - Gatot Subroto sepanjang dan semacet itu sudah ada Transjakartanya, yah...mulailah diatur angkutan lainnya seperti Mayasari atau PPD 41,45,115 itu hapus aja jangan ditumpukin di jalur ini, lebih baik pindah saja ke jalur alternatif lainnya yang masuk ke pinggiran yang tidak terakses Transjakarta. Dengan catatan sudah diperhitungkan lead time dan kuantitas Transjakarta yang melayani trayek ini memadai mengangkut perkiraan manusia yang melewatinya, disisi lain relokasi Mayasari atau PPD ke jalur lain dibuat seperti pengumpan Transjakarta-nya kemudian masyarakat yang memanfaatkan kedua moda transportasi publik ini mendapat insentif karena mengurangi pengunaan motor atau mobil pribadi di Jakarta. Misal orang naik PPD bayar 2.000 berkarcis, karcis PPD ini dapat ditukar ke loket Transjakarta ketika pindah moda seharusnya 3.500 jadi 2.500 saja. Sederhana khan...tinggal kemauan politis penguasa, hitung-hitungan koin-nya dan ketegasan pihak yang berwenang. Keuntungan sederhananya jalur MT.Haryono - Gatot Subroto yang seperti neraka jahanam di pagi hari jadi sedikit terkurangi oleh berkurangnya PPD dan Mayasari, Transjakarta naik omzetnya dan lebih disterilkan jalurnya, mobil pribadi yang potong jalur busway langsung kasih ganjaran tilang 500ribu tidak boleh ditawar. Hayo mau pilih angkutan umum atau bermacet ria pakai mobil? Tapi PPD dan Mayasarinya juga disulap dulu seperti KOPAJA Ragunan - Slipi tadi dulu lho ya...

Contoh lain : jalur Otista - Kp.Melayu yang sudah ada Transjakartanya kenapa angkot M16 itu tidak digeser saja, misal semua M16 berhenti ujung di PGC semua pengguna M16 yang pindah Transjakarta di PGC dapat insentif seperti skema sederhana diatas. Jalur Kramat Jati yang muacetnya kayak setan, kenapa angkot 06 dan 06A itu direlokasi ke jalur pesisir lain jadi semua 06 berhenti di ujung Pasar Rebo dan dipindah ke Transjakarta. Ini cuma ide gila lho ya...masih banyak angkot lain yang bertumbukan dengan Transjakarta, seperti M01 dengan Transjakarta Kp.Melayu - Ancol ya to...Penyakitnya angkot itu cuma satu kok, menuruti kemauan pelanggannya berhenti sembarangan di depan gang, bahkan kalau bisa mungkin di depan pagar rumah pelanggannya...ha...ha...makanya usul saya pindah saja ke daerah pinggiran sana yang jalannya berkelok-kelok, lebarnya hanya 3-4 meter dan banyak gangnya, jangan dimasukan ke dalam kota, sudah dibuatin halte sebanyak mungkin juga malah tidak terpakai.

Kata-kata mutiaranya; selamat datang The New KOPAJA, kami tunggu pada trayek-trayek yang lainnya, tapi kata Bang Jack "jangan ngetem sembarangan yah...gak beda sama KOPAJA yang lama donk...!!!"

02 August, 2011

KRL Jabodetabek "nyicil" Benahi Diri

Senin...Selasa...Rabu....dst (ini cuplikan lagu semasa sekolah TK dulu).

Kenapa cuma sampai hari Rabu saja, ya...karena memang baru 3 hari lamanya saya merasakan dan mencoba menikmati kereta jabodetabek lagi (baca : KRL) atau istilah kerennya sekarang commuter line; lha nek tak artikan apo anane yo dadi garis pekerja pinggiran (yo...koyok aku iki) ha...ha...ora kuat Dab, tuku omah ning Jakarta.

Balik maning nang KRL....ono opo to jane?

Inilah moda transportasi yang beberapa minggu terakhir ini sering masuk media, baik televisi, koran maupun media online bo...(yang terakhir itulah yang sering dibaca oleh para pelanggan setia KRL lewat BB atau Smartphone-nya). Salah-salah tak koreksi bukan pelanggan tapi penumpang, wong mbayar kok diceluk penumpang, untung ora penggandul opo pengganjel lawang, opo maneh pemanjat atap, lho...iku kabeh mau yo podo mbayar lho...jadi lebih pas kali begini bunyinya "...para PELANGGAN kereta commuter line yang terhormat, kereta ini adalah kereta AC commuter line jurusan Ps. Minggu, Depok, Bogor yang saat ini berhenti di tiap-tiap stasiun dengan harga tiket yang berlaku 7.000 rupiah. Mohon para PELANGGAN yang terhormat memastikan tidak salah naik dan apabila tidak memungkinkan naik jangan memaksakan diri, karena para PELANGGAN yang terhormat dapat menunggu kereta berikutnya....terima kasih". Rak luwih maherel mbok dirasakke ning kuping lan ning ati, dan jelas lebih menghargai serta manusiawi.

Sorry, berhubung sing nulis lagi males jadi dilanjutin lagi beberapa minggu kemudian. Sebulan rasanya kurang lebih perjalanan commuter line , yo...nek dibilang nyaman babar blas nggak, tapi setidaknya adil-lah sekarang, sama rata sama rasa, semua stasiun berhenti, kalo sore jam pulang kerja itu yah...setidaknya tiap 10 menit ada kereta datang. Jadi gak kayak dulu lagi, KRL anu-anu masih di stasiun ini menunggu salip Pakuan terlebih dahulu, jadi sing sabar yo Pak/Bu, ha..ha...ha...

Tapi ngomong-ngomong, sekarang Tol Jagorawi yo wis penak lho...ora patiko muacet koyok zaman uedan 2 bulanan yang lalu pas lagi mulai pelebaran Cibubur. Sekarang sudah 4 jalur free bisa sikat kiri penyak kanan kalo ada yang lagi ngalamun di jalur paling kanan. Saya usul, jalur yang paling kanan itu ditulisi "Jalur ini tidak boleh digunakan untuk kendaraan dibawah kecepatan 80 km/jam" atau lebih pasnya "Dilarang menghalangi kendaraan lain di jalur paling kanan! (kalo anda mau sms-an pindah jalur paling kiri)" khan ada peringatan "Dilarang mendahului kendaraan dari jalur kiri toh?" Jadi mau naik KRL atau naik mobil lagi wis peunak lah sekarang ke Bogor. Tapi bertahan berapa lama kita hitung lagi nanti setelah tol depok tembus Jagorawi jadi, ha...ha...selamat mengeremet lagi bung.

Saya tetap setuju tulang punggung perpindahan manusia itu menggunakan angkutan umum, apalagi suatu saat atau masanya nanti, angkutan umum itu NYUAMAN, daya angkutnya buesar, lebih cepat, lebih diutamakan pemerintah, lebih menghargai pelanggannya bukan penumpangnya (yah...sing rada customer oriented lah, meskipun nggak punya saingan). They not passenger man, but customer OK?!!

Sementara ini dulu unek-unek saya lain kali tak clometan kembali, yah sekedar menyalurkan kekesalan dan pencermatan lingkungan. Tanpa bermaksud menyinggung siapapun, intinya adalah dalam keadaan sekepepet apapun budjetnya, tetaplah mengusahakan yang terbaik demi kebaikan bersama. Siapa tahu kalau KRL Jabodetabek nanti sudah BUANYAK & NYUAMAN, Transjakarta sudah terintegrasi dengan KRL, kemudian MRT sudah jadi, syukur-syukur ada Sinkansen di Indonesia maka Ibukota Jakarta tidak usah dipindah dan Jakarta tercinta ini bisa menjadi destinasi wisata dunia layaknya tetangga sebelah.

Gakusah jauh-jauh lah, Singapore aja bisa punya MRT dari Changi ke seluruh penjuru kota, mosok orang Jakarta yang mau ke Cengkareng harus rebutan omprengan di depan BNN Cawang...mau sampai kapan Pak/Bu, nunggu tambahan jalan tol baru lagi disusun 10 tingkat..???